PENDIDIKAN

Pendidikan sebagai investasi SDM
DUNIA dan AKHIRAT

Selasa, Desember 28, 2010

SURAT BUAT TEMAN

oleh Ruky Dwinarputra
pada 25 Desember 2010 jam 22:19

Teman
Sudah sejak kurang lebih dari tahun 1999 sy dan Amir Mulia di berikan amanah untuk mengembang sekolah rakyat agar tetap dapat (minimal) bertahan suykur jika bisa ikut berkompetisi dengan yang lainnya di jaman Teknologi dan Informasi ini.

Dalam mengalir mengikuti perkembangan sampai sekitar tahun 2006 ternyata dirasakan sekolah rakyat ini tidak mampu lagi untuk mengikuti standar kompetensi yang dijadikan persyaratan mutlak oleh pengguna (DUDI/Dunia usaha dan industri.Karena TI harus selalu diikuti perkembangannya dan TI adalah bidang yang cepat mengalami perubahan.

Dudi selalu dituntut untuk efektif dan efisien dalam proses membuat barang/jasa, Hal ini juga yang menyebabkan Dudi harus mengikuti perkembangan IT, secara tidak langsung pula SDM yang digunakan harus mengikuti kebutuhan Dudi. Maka terjadi GAP TI antara sekolah sebagai tempat/proses mencetak SDM dengan DUDI sebagai pengguna proses/tamatan.

Sampai Lupa, Saya di sekolah formal Bos yaitu Sekolah Kejuruan (Vokasional) Swasta Nasional (sekolahnya anak rakyat) yang bertujuan menyiapkan agen pembangunan yang siap bekerja pada bidang tertentu atau berwirausaha agar mereka dapat merdeka di kehidupannya kelak (ideal nya).

Kembali ke Laptop, ........
Selama dari tahun 2006 saya bekerja sama dengan teman2 di ritail (IT) melalui asosiasi retai dalam rangka memenuhi kelemahan menjadi peluang, sifatnya saling menguntungkan, mereka (pe-ritail profit, sekolah benefit).

Awal tahun 2010 saya baru terasa, bahwa guru sebagai pemroses agen pembangunan perlu kesejahteraan. Ditambah lagi biaya operasional dan MR alat bantu IT sangat besar. Intinya untuk kedua masalah tadi saya harus memiliki profit. Maka sejak awal tahun itu, kami putar haluan kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha IT, dengan harapan mendapatkan profit yang biasa diterima oleh pe-ritail.

Sementara GAP yg terjadi antara sekolah dengan industri/usaha karena salah memposisikan. Sekolah dilihat oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) sebagai MARKET, dan sekolah melihat 'produk' IT sebagai target (mjd konsumeritas).
2011 ada PR besar, sy dan teman-teman Asosiasi Profesi Guru dan Pemerhati Pendidikan mencoba mengubah image tersebut ke :
"Sekolah adalah tempat proses pendidikan dan pelatihan calon tenaga DUDI, sehingga perlu dibuat proses yg baik, match dengan kebutuhan pengguna tamatan (DUDI), sehingga tamatan betul2 siap pakai."
Kalo tamatan sudah diproses menjadi siap pakai/siap kerja, berarti cost utk recruitment & training di DUDI akan efektif dan efisien.


NB : ICT adalah salah satu contoh bagian, pada prinsipnya sekolah (SMK) adalah tempat memproses calon tenaga kerja yang siap pakai. Artinya, mereka harus dibekali Lifeskill (ketrampilan hidup) dalam rangka menyiapkan mereka ke kehidupan selanjutnya agar dapat survival bahkan berkompetisi.
Sekolah (guru) penuh keterbatasan, maka untuk Link and Match nya proses (pendidikan) dengan kebutuhan (lapangan pekerjaan) dibutuhkan kerjasama (mitra) antara yang membutuhkan tenaga kerja dengan pemroses calon tenaga kerja.

Begitulah kira-kira keluh kesah seorang guru SMK sekolah rakyat, semoga ada teman yang mendengarkan dan dapat menolong Anak Bangsa, Agen-agen Pembangunan.

Salam Pendidikan.