PENDIDIKAN

Pendidikan sebagai investasi SDM
DUNIA dan AKHIRAT

Rabu, Oktober 27, 2010

BERITA DUKA

'Mergo wis saguh, yo kudu lungguh sing kukuh,
ora mingkuh'


Mbah Maridjan Ditemukan Meninggal Dunia dalam Posisi Sujud di Dapur 
Febriani (http://www.detiknews.com/read/2010/10/27/073115/1476147/10/mbah-Maridjan-ditemukan-meninggal-dunia-dalam-posisi-sujud-di-dapur)
http://www.frankgarsel.web.id/2010/10/mbah-marijan-meninggal-mayat-dengan.html
Mbah Marijan Meninggal Dunia (http://basukisutjijanto.com/mbah-marijan-meninggal-dunia.html)

BELIAU
Pamong ................

Masih Ingat kawan dengan selorohnya .........
OJO PLAY-PLAY NANG KONO

AYO, KITA KEMON
Ketika Pendakian pertama merapi Oktober1988

 Semoga Diterima Ditemapat Yang Layak DIsis Nya,
AMIN

Selasa, Oktober 19, 2010

LULUS UN ITU ........... MUDAH


SANGAT MUDAH 
Marilah kita mengkaji bersama pengertian diatas , yang berhubungan dengan Hasil UN:
1.  1.  Faktor –faktor   yang mentukan dalam proses pelaksanaan UN.
           Penentu sukses(Stakeholders)  UN
·     Kebijakan Pemerintah/Dinas Penidikan/BSNP : Penentu Standar Kompetensi Lulusan;
·     Kebijakan Pimpinan Sekolah
(Ka.Sekolah; Waka Kurikulum; Kajur; Wali Kelas; Panitia UN; dan Pamong Pengajar UN)
·     Orang Tua Siswa
·     Siswa
Faktor Kegagalan dalam UN, dapat terbagi menjadi :
A.      Internal
a.  Kesiapan Siswa  akan Alat tulis (pensil, penghapus, serutan,  dan  papan alas ujian) yang standart, dan kartu ujian. Hal ini dapat menyebabkan LJK menjadi rusak, kotor dan sobek.
b.  Terbiasa mengisi LJK terutama data pribadi dan kode soal
c.  Kondisi lingkungan terbiasa dengan suasana ujian (Pengawasan dan Kejujuran)
d. Pemahaman So’al yang kurang, dan perhitungan waktu mengerjakan yang tidak tepat.
e.  Persiapan Mental dan Fisik selama menjelang UN dan pelaksanaan UN
f.   Pemetaan Kemampuan dan kesiapan siswa
g.  Bimbingan Pamong terhadap point a sampai dengan e

B.      Eksternal :
         a)  Kesalahan dalam mengkoreksi (scan) dengan LJK pada data yang salah
         b)  Kesalahan So’al dan atau kesalahan Kunci Jawaban
         c)  Kerusakan LJK
         d)  So’al yang tidak jelas cetakannya atau jawaban yang hamper sama/mirip

2. 2.   Pembuatan Strategi
a. KOMITMEN Bersama Stakeholders (Sekolah; Orang Tua; dan Pemerintah) dalam rangka mensukseskan UN.
b.  Kisi-Kisi So’al : menganalisa kisi-kisi soal, kemudian dihubungkan dengan materi yang sudah atau belum diajarkan.
c.  POS UN : Menganalisa POS yang dapat membuat kegagalan pada pelaksanaan
d.  Standar  Kompetensi  Lulusan  :  menentukan  standar  kelulusan  minimum,  sesuai dengan kemampuan rata-rata siswa.
    Menentukan Standar Kelulusan (SKL) sebagai cermin UN. Maka cobalah bercermin dengan SKL pada setiap mata pelajaran dan kompetensi dasar yang diujikan, kemampuan dan kekurangan akan mudah diketahui. Setelah bercermin pada SKL inilah, saatnya sekarang membuat peta kemampuan dari setiap mata pelajaran. Dengan peta kemampuan diri, akan mudah melangkah dan memacu kemampuan diri.
f.   Membuat Bank So’al yang dikelompokkan sesuai dengan Kisi-kisi Soal.
g.  Pemetaan Kemampuan dan Kesiapan Siswa :
Latihan Ujian Nasional ini merupakan kegiatan terpadu antara materi dan sistem yang berlaku.  Yang hasilnya dapat dianalisis berupa peta kemampuan anak atau peserta didik yang selanjutnya di tindak lanjut dengan “Pelatihan Sesuai Kemampuan SIswa”.
h.  Pelaksanaan Latihan menjawab Bank So’al Ujian
i.   Pelaksanaan Latihan memilih soal yang disukai dan dipahami siswa
j.   Pelaksanaan Ujian menjawab soal yang dibuat siswa
Maksimalkan belajar. Belajar ekstra keras dan disiplin yang terus menerus harus dilakukan. Belajar bisa dengan belajar mandiri, kelompok, privat, les atau bimbingan belajar. Mumpung masih ada waktu, ingatlah tidak ada yang sulit jika mau belajar dan berlatih terus menerus.

3.  3.   Kembangkan Prinsip dasar Pemikiran :
Tidak mungkin ada hasil yang baik, tanpa persiapan dan proses yang baik.
Persiapan yang kita bekali kepada siswa sering bahkan kadang melupakan pembekalan jiwa/mental siswa, bahwa pada saatnya nanti mereka akan/harus diuji oleh orang lain, bahwa ujian tersebut siswa sendirian/tidak ada lagi bimbingan yang artinya siswa harus betul-betul memiliki keyakinan penuh dalam menjawab pada saat ujian nanti.
Anak kita siapkan sejak dini untuk terbiasa di uji atau dinilai orang lain, dengan suasana yang hampir mirip dengan suasana UN. Hal ini dilakukan dalam upaya membina mental sang anak.
Sehingga terlihat jelas, bahwa siswa yang mendapat nilai baik pastilah siswa yang memiliki salah satu syarat yaitu mempersiapkan mentalnya atau siswa yang memiliki kodrat mental yang lebih baik atau siswa yang memiliki keyakinan penuh.

4. 4.   Pendidikan sebagai usaha kebudayaan,                                                                    Kita terkadang kurang bahkan lupa memperhatikan pada pertumbuh-perkembangan jiwa sang anak, apalagi yang sesuai kodratnya. Begitu pula pada saat proses pembekalan materi, cenderung kita melupakan bahwa pendidikan bukan pengajaran, pendidikan adalah usaha kebudayaan yang dilakukan melalui menumbuh-kembangkan jiwa dan raga sesuai kodratnya. Karena kita mengejar materi/kurikulum, sehingga kita lupa bahwa proses belajar-mengajar harus menyenangkan anak, atau sesuai dengan kodratnya. Sewajarnya untuk materipun harus dipilih/disesuaikan dengan kodrat sang anak, sehingga anak benar-benar dapat memiliki jiwa merdeka, atau kesenangan pada apa yang sedang dan akan dikerjakannya.
Kita sebagai pembimbing/pengasuh, selalu mengamati/menganalisa kemajuan belajar anak melalui analisa soal. Data analisa tersebut yang nantinya akan dikembangkan menjadi kebijakan dalam pemberian materi berikutnya yang disesuai dengan kodrat sang anak.
Kita juga harus selalu mengembangkan cara pendekatan kepada sang anak, dengan bimbingan yang lebih intensif, sehingga kita mengetahui kodrat anak tersebut.
 
5. Berdoa, Pasrah iri kepada hasil                                                                                                       Dan yang tidak kalah pentingnya, kita sering terbawa kepada pengertian umum bahwa pendidikan sama dengan sekolah. Sehingga kita terbawa pada penilaian mereka, bahwa letak atau tolak ukur keberhasilan pendidikan ada di sekolah atau guru/pengasuh/pembimbing. Padahal suah jelas pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara terdiri dari 3 sektor yang tidak terpisahkan, dan sekolah pada umumnya tidak lebih hanya memiliki 5 sampai 8 jam atau  atau maksimal 1/3 bagian dari keseluruhan kehidupan sang anak, sisanya pendidikan ada di keluarga dan masyarakat. Maka kurang tepat rasanya apabila hasil pendidikan dibebankan hanya pada sekolah, ajaklah mereka (keluarga dan masyarakat) untuk ikut bersama menumbuh-kembangkan jiwa raga sang anak dalam upaya menyukseskan UN. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan perhatian dan kepdulian orang tua dan masyarakat akan proses pembimbingan UN.


Salam.

Jumat, Oktober 08, 2010

TUJUAN PENDIDIKAN

oleh Ruky Dwinarputra pada 08 Oktober 2010 jam 9:26

Cerita (http://www.kudusterkini.com/Lomba-Menulis/tragedi-di-dunia-pendidikan-kaitannya-dengan-budaya-dan-pariwisata.html; Anand Krishna)

Suatu ketika keponakanku, Hana yang sedang duduk di kelas 1 SD bertandang ke rumahku. Di sela-sela obrolanku dengannya, dia ku tanya. “Hana, kalau sudah besar nanti kamu mau jadi apa?” Dia pun menjawab “Aku mau jadi dokter!” Jawabnya enteng. “Kenapa kamu mau jadi dokter?” Tanyaku lagi. “Biar punya mobil dan rumah besar seperti Pak De.” “Berarti kamu ingin punya uang banyak” “Ia tidak perlu berpikir lama, ”Ya…ya…ya… uang banyak….” Begitu jawabnya. “ Eh Hana, artis juga bisa menghasilkan banyak uang, punya mobil mewah, baju bagus, rumah gede, terkenal lagi.” Si kecil Hana berfikir sebentar “Ya…ya…ya... aku jadi artis saja!”

Rumusan pengertian Ki Hajar Dewantara tentang ” Pendidikan Nasional“ yaitu : “ Pendidikan yg beralaskan garis hidup dari bangsanya (PANCASILA) dan ditujukan untuk keperluan peri-kehidupan yang dapat mengangkat derajat bangsanya dan rakyatnya (UUD 45), agar dapat bekerja bersama-sama dengan bangsa lainnya untuk kemuliaan segenap manusia diseluruh dunia (rahmatan lil alamin).“
Masih adakah pendidikan yang sesuai dengan rumusan pengertian Ki Hajar Dewantara ketika pendidikan dipisahkan dari tujuannya yaitu membudayakan manusia, Maka tidak heran bila insitusi pendidikan pun diberi peluang untuk menjelma kembali menjadi perseroan terbatas. Institusi pendidikan yang di kelola demi keuntungan komersil (pribadi, minimal numpang hidup).
Masih adakah pendidikan yang dapat melahirkan seorang Bung Karno, atau seorang Kartini, seorang Dewantara, atau seorang Sanusi Pane, seorang Sutan Takdir Alisyahbana dan lainnya?, yang mendidik siswanya untuk keperluan peri-kehidupan yang dapat mengangkat derajat bangsanya, dan bersama-sama dengan bangsa lainnya untuk kemuliaan segenap manusia?
Pendidikan,Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu berlangsung pada tiga lingkungan yaitu lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Artinya pendidikan tidak akan berhasil kalau ketiga komponen itu tidak saling bekerjasama secara harmonis.
Masih adakah pendidikan untuk keperluan peri-kehidupan yang dapat mengangkat derajat bangsanya, dan bersama-sama dengan bangsa lainnya untuk kemuliaan segenap manusia?

Bagaimana?

Sekolah sudah banyak yang berhasil ; ukurannya sekolah (?).
Apakah bisa pendidikan berhasil kalau ketiga komponen itu tidak saling bekerjasama secara harmonis
(hubungan dengan kondisi diluar atau Link and Match, apa yang dipelajari dengan situasi yang dihadapi).

Contoh : ada berapa banyak siswa yang naik motor tanpa SIM, atau ada berapa banyak siswa yang naik motor tanpa merugikan orang lain/melanggar Aturan Lalu Lintas membahayakan orang lain.

Contoh Lain : Ada berapa banyak siswa/orang yang sekolah dengan cita-cita sebagai manusi yang bermanfaat bagi dirinya; bangsanya; dan Dunia.

Contoh lain : apa akibat ketika siswa melihat sesuatu (dirumah dan dimasyarakat) yang berbeda dengan teori yang diberikan disekolah?

Anak-anak bukanlah makhluk bodoh yang bisa dengan mudah dikendalikan seperti kerbau yang tercocok hidungnya. Mereka juga punya mata, punya telinga, dan punya rasa. Kontrasnya antara tema diskusi di dalam kelas dengan fakta di jalanan, hanya akan membuat mereka frustasi dan akhirnya menciptakan nilai-nilainya sendiri, yaitu Anarkis.

 Salam