PENDIDIKAN

Pendidikan sebagai investasi SDM
DUNIA dan AKHIRAT

Selasa, Desember 28, 2010

SURAT BUAT TEMAN

oleh Ruky Dwinarputra
pada 25 Desember 2010 jam 22:19

Teman
Sudah sejak kurang lebih dari tahun 1999 sy dan Amir Mulia di berikan amanah untuk mengembang sekolah rakyat agar tetap dapat (minimal) bertahan suykur jika bisa ikut berkompetisi dengan yang lainnya di jaman Teknologi dan Informasi ini.

Dalam mengalir mengikuti perkembangan sampai sekitar tahun 2006 ternyata dirasakan sekolah rakyat ini tidak mampu lagi untuk mengikuti standar kompetensi yang dijadikan persyaratan mutlak oleh pengguna (DUDI/Dunia usaha dan industri.Karena TI harus selalu diikuti perkembangannya dan TI adalah bidang yang cepat mengalami perubahan.

Dudi selalu dituntut untuk efektif dan efisien dalam proses membuat barang/jasa, Hal ini juga yang menyebabkan Dudi harus mengikuti perkembangan IT, secara tidak langsung pula SDM yang digunakan harus mengikuti kebutuhan Dudi. Maka terjadi GAP TI antara sekolah sebagai tempat/proses mencetak SDM dengan DUDI sebagai pengguna proses/tamatan.

Sampai Lupa, Saya di sekolah formal Bos yaitu Sekolah Kejuruan (Vokasional) Swasta Nasional (sekolahnya anak rakyat) yang bertujuan menyiapkan agen pembangunan yang siap bekerja pada bidang tertentu atau berwirausaha agar mereka dapat merdeka di kehidupannya kelak (ideal nya).

Kembali ke Laptop, ........
Selama dari tahun 2006 saya bekerja sama dengan teman2 di ritail (IT) melalui asosiasi retai dalam rangka memenuhi kelemahan menjadi peluang, sifatnya saling menguntungkan, mereka (pe-ritail profit, sekolah benefit).

Awal tahun 2010 saya baru terasa, bahwa guru sebagai pemroses agen pembangunan perlu kesejahteraan. Ditambah lagi biaya operasional dan MR alat bantu IT sangat besar. Intinya untuk kedua masalah tadi saya harus memiliki profit. Maka sejak awal tahun itu, kami putar haluan kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha IT, dengan harapan mendapatkan profit yang biasa diterima oleh pe-ritail.

Sementara GAP yg terjadi antara sekolah dengan industri/usaha karena salah memposisikan. Sekolah dilihat oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) sebagai MARKET, dan sekolah melihat 'produk' IT sebagai target (mjd konsumeritas).
2011 ada PR besar, sy dan teman-teman Asosiasi Profesi Guru dan Pemerhati Pendidikan mencoba mengubah image tersebut ke :
"Sekolah adalah tempat proses pendidikan dan pelatihan calon tenaga DUDI, sehingga perlu dibuat proses yg baik, match dengan kebutuhan pengguna tamatan (DUDI), sehingga tamatan betul2 siap pakai."
Kalo tamatan sudah diproses menjadi siap pakai/siap kerja, berarti cost utk recruitment & training di DUDI akan efektif dan efisien.


NB : ICT adalah salah satu contoh bagian, pada prinsipnya sekolah (SMK) adalah tempat memproses calon tenaga kerja yang siap pakai. Artinya, mereka harus dibekali Lifeskill (ketrampilan hidup) dalam rangka menyiapkan mereka ke kehidupan selanjutnya agar dapat survival bahkan berkompetisi.
Sekolah (guru) penuh keterbatasan, maka untuk Link and Match nya proses (pendidikan) dengan kebutuhan (lapangan pekerjaan) dibutuhkan kerjasama (mitra) antara yang membutuhkan tenaga kerja dengan pemroses calon tenaga kerja.

Begitulah kira-kira keluh kesah seorang guru SMK sekolah rakyat, semoga ada teman yang mendengarkan dan dapat menolong Anak Bangsa, Agen-agen Pembangunan.

Salam Pendidikan.

Selasa, November 16, 2010

Jenis-jenis lingkungan pendidikan.


February 9, 2010 at 12:36 am | Posted in Uncategorized | Leave a Comment

sumber:koesnandar1964.wordpress.com/2010/02/09/jenis-jenis-lingkungan-pendidikan/ 


Pengertian lingkungan pendidikan; segala sesuatu yang ada di luar diri anak dalam alam semesta ini yang menjadi wadah atau wahana, badan atau lembaga berlangsungnya proses pendidikan.
Jenis-jenis lingkungan pendidikan:
Lingkungan alam; adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang berada di luar diri anak yang bukan manusia, seperti tumbuh-tumbuhan, iklim, air, gedung, dan rumah.
Lingkungan sosial; adalah semua manusia yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut. Teman sekolah, teman sejawat, atau orang sekitar tempat tinggal merupakan lingkungan sosial yang bersifat langsung. Sedangkan program-program televisi, radio, surat kabar atau media cetak lainnya termasuk lingkungan sosial tidak langsung.
Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, dapat dibedakan atas: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan menurut Langeveld adalah keluarga, sekolah, dan negara.
Dan menurut Ki Hajar Dewantara adalah : keluarga, sekolah, dan perkumpulan pemuda (dikenal dengan sebutan Tri Centra atau Tri Pusat Pendidikan).
Keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai fungsi sebagai: pendidik pertama, pendidik utama, dan informal.
Fungsi sekolah:
- sebagai pusat, lembaga, lingkungan pendidikan, wiyata mandala yang berfungsi untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terencana, tertib dan teratur.
- sekolah berfungsi sosialisasi; adalah suatu proses dimana kita mempelajari cara-cara hidup bermasyarakat.
- sebagai konservatori dan transmisi nilai-nilai budaya.
- sebagai miniatur masyarakat, artinya sekolah hendaknya menggambarkan kehidupan dari masyarakat.
- sebagai masyarakat yang ideal, artinya bahwa dalam masyarakat terdapat berbagai corak kehidupan yaitu mempunyai nilai baik dan buruk.
Aliran Klasik dalam pendidikan:
- Empirisme (John Lock 1622-1700 Inggris); bahwa perkembangan pribadi anak ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan.
- Nativisme (Arthur Schopenhauer 1788-1860 Yunani); bahwa hasil akhir pendidikan dan perkembangan ditentukan oleh pembawaan yang diperolehnya sejak lahir.
- Naturalisme (J.J. Rouseau 1712-1778 Perancis); bahwa pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya, serahkan saja pada alam.
- Konvergensi (William Stern 1871-1939 Jerman); bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan seakan-akan dua garis yang menuju ke satu titik pertemuan.
Aliran Baru dalam pendidikan:
- pengajaran alam sekitar
Konsespi: manusia hidup dalam lingkungan tertentu dan terikat pada lingkungannya serta tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.
Langkah-langkah pokok: menetapkan tujuan, mengadakan persiapan, melakukan pengamatan, dan mengolah apa yang diamati.
- pengajaran pusat perhatian
Konsepsi: didasarkan pada pengajaran alam sekitar yang obyek-obyek pengamatannya dititik beratkan pada hal-hal yang menarik perhatian anak didik dan manusia pada umumnya dalam menjalankan perkembangan hidupnya.
Asas-asas: pengajaran alam sekitar, didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan perkembangannya, setiap bahan pengajaran harus merupakan suatu keseluruhan, hubungan saling membutuhkan dan saling memberi arti, anak didorong dan dirangsang untuk selalu aktif, harus ada hubungan kerjasama yang erat antara rumah dan sekolah.
- sekolah kerja
Konsepsi: lahir dalam kaitannya dengan aliran pendidikan sosial yang berkembang dari aliran pendidikan individual yang ekstrem dan pendidikan sosial yang ekstrem.
Dasar-dasar: anak aktif dan mandiri, anak sebagai pusat kegiatan, tidak mementingkan pengetahuan siap yang bersifat hafalan.
Macam-macam sekolah kerja: sosiologis, psikologis, sosiologis-psikologis, kepribadian.
-         pengajaran proyek
Konsepsi: pengajaran itu harus aktif, ilmiah dan masyarakat.
Langkah-langkah: persiapan, kegiatan belajar, penilaian.
Empat konsepsi dasar dalam pendidikan:
- Perenialisme; sebagai suatu aliran dalam pendidikan bersifat keagamaan.
- Progresivisme; bahwa segala sesuatu tidak ada yang tetap, melainkan selalu mengalami perubahan.
- Esensialisme; menghendaki suatu keadaan atau tata tertib masyarakat seperti yang berlangsung dalam masa yang mendahului abad XX
- Rekonstruksionisme; mengehendaki semua dibikin baru dan semua dibikin berubah.
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia:
- Perguruan Kebangsaan Taman siswa (Ki Hajar Dewantara)
Asas-asas: menjadi hak seseorang mengatur dirinya sendiri, pengajaran harus membimbing anak menjadi manusia yang merdeka, pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan bangsa sendiri tanpa mengesampingkan kebudayaan bangsa-bangsa lain, pendidikan harus merata untuk seluruh rakyat, harus hidup dan berkembang dengan kekuatan sendiri dan menolak setiap bantuan, pendidik harus berhamba kepada san anak atas dasar sikap tanpa pamrih dan dengan hati yang suci.
Panca Dharma: dasar kemanusiaan, dasar kebangsaan, dasar kebudyaan, dasar kodrat hidup / kodrat alam, dasar kemerdekaan.
Corak pendidikan nasional (kemanusiaan, kebangsaan, kebudayaan) dan sistem among (kodrat hidup dan kemerdekaan)
-         Ruang pendidikan INS
Tujuan:
- mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
- memberi pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat
- mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
- menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri dan berani bertanggung jawab
- berusaha dapat berdiri sendiri dan tidak bersedia menerima bantuan dari orang lain yang mengurangi kebebasan
Bidang-bidang kegiatan pendidikan INS:
- pendidikan ketrampilan
- pendidikan pertanian
- pendidikan karya seni
- pendidikan manajemen
Masalah-masalah pokok pendidikan :
Masalah kurangnya biaya untuk menyelenggarakan sekolah-sekolah, kurikulum yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terasingnya sekolah dari masyarakat, moral para guru merosot, masalah drop-out, masalah banyaknya anak yang tidak mendapatkan pekerjaan, masalah banyaknya anak yang tidak ditampung di sekolah-sekolah. (St. Vembriarto, 1981)
Banjir murid, langkanya sumber daya dan dana, biaya pendidikan yang semakin mahal, ketidak tepatan hasil pendidikan, serta kelambanan dan ketidak efisienan dalam penyelenggaraan sekolah. (P.H. Coombs, 1968)
Kualitas proses dan hasil pendidikan belum merata di seluruh tanah air. (H. Zahara Idris, 1992)
Sejarah telah membuktikan bahwa dari masa ke masa peradaban masyarakat dunia selalu mengalami perkembangan. Dan pada dekade waktu yang terakhir ini laju perkembangan itu telah meningkat dengan pesat, terutama di negara-negara maju. Sebagaimana diketahui dalam kurun waktu yang relatif singkat, telah terjadi pergeseran dari era pertanian menuju ke era industri dan selanjutnya belum sampai proses pergeseran itu tuntas, telah disusul dengan pergeseran baru menuju era informasi dan era globalisasi. (Wahjoetomo, 1993)
Pada dasarnya manusia dapat belajar sendiri, tetapi mungkin hanya sebagian kecil saja yang berhasil mencapai tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diminta. Maka pendidikan sekolah merupakan sarana yang efektif. (Wiranto Arismunandar, 1990)
Penggunaan teknologi baru dalam pendidikan akan membawa perubahan dan pergeseran dalam peranan guru di kelas. (Oteng Sutisna, 1977)
Masalah tenaga kependidikan merupakan masalah yang amat rumit karena menyangkut faktor-faktor: jumlah, mutu, distribusi menurut bidang studi, distribusi menurut wilayah, status serta imbalan maupun penghargaan terhadap jasanya ataupun pelayanan terhadapnya. (Tisna Amijaya, 1979)
Keadaan umum di lapangan kebanyakan guru belum profesional, mereka lebih banyak mengajar dengan pola tradisional, bersifat statis, kurang terbuka terhadap pembaruan atau inovasi, lambat berkembang dalam jabatan, sehingga menghambat peningkatan proses balajar mengajar. Oleh karena itu perlu diadakan usaha untuk melakukan pembaruan struktur pendidikan guru. (Ansyar & Nurtain, 1991)

Sabtu, November 13, 2010

Pengertian : EVALUASI; PENGUKURAN; TES; dan PENILAIAN.


Banyak orang yang mencampur-adukan pengertian Evaluasi, Pengukuran (measurement) Tes dan Penilaian (assessment), padahal ke-4 (empat) nya memiliki pengertian yang berbeda.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum. Menurut Stafflebeam (Abin Syamsudin Makmun, 1996), esensi evaluasi adalah untuk memberikan informasi bagi kepentingan pengambil keputusan.
Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh diskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dlam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil peserta didik atau ketercapain kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian ilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas.
Untuk menilai sejauh-mana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance); penugasan (proyek); hasil karya (produk); kumpulan hasil kerja siswa (portofolio); dan penilaian tertulis (paper and pencil test).
Adapun pendekatan yang dapat dilakukan dalam menilai hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Norm-referenced Assessment), dan penilaian yang mengacu pada kriteria (Criterion Referenced Assessment). Penilaian dengan Kriteria atau Patokan, merupakan penilaian peserta didik dalam mencapai atau menguasai patokan (KKM) yang telah ditentukan dalam suatu rumusan.
Menurut Bloom, Englehart, Furst, Hill, Krathwohl’ 56 Penilaian terdiri  dari 3 ranah (domain), yaitu :
1. Kognitif
-      Pengetahuan (recalling), kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu koota, rumus)
-      Pemahaman (Comprehension), kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu paragraf)
-      Aplikasi (application), kemampuan penerapan (misalnya : menggunakan suatu informasi / pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah).
-      Analisis (Analysis), kemampuan menganalisa suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (misalnya : menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi).
-      Sintesis (syntesis). Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya : memformulasikan hasil penelitian di laboratorium)
-      Evaluasi (Evaluation), kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang burukl dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu.

2. Afektif
-      Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
-      Menanggapi (responding): reaksi yang diberiokan: ketepatan aksi, perasaan, kepuasan dll.
-      Menilai (evaluating):kesadaran menerima norma, system nilai dll.
-      Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai organisasi system nilai
-      Membentuk watak (characterization): system nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku

3. Psikomotor
Psikomotor merupakan tindakan seseorang yang dilandasi penjiwaan atas dasar teori yang dipahami dalam suatu mata pelajaran.
Ranah psikomotor :
-   Meniru (perception)
-   Menyususn (Manipulating)
-   Melakukan dengan prosedur (precision)
-   Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
-   Melakukan tindakan secara alami (naturalization)

Dalam praktek pendidikan di Indonesia, domain yang amat ditekankan  adalah domain kognitif yang direfleksikan dalam 4 (empat) kelompok mata pelajaran, yaitu : Bahasa, matematika, sains dan ilmu-ilmu sosial.
Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran  : pendidikan jasmani, ketrampilan, dan kesenian.  Sedangkan domain efektif yang terutama direfleksikan dalam mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.

Rabu, November 10, 2010

Hukum Ketertarikan (Law of Attraction)


  
awareness of the crisis ................................... 
 sense of concern ....................................  
sense of togetherness ......................................  
you feel yourself ...........................................
Kata ini (RASA) yang diwariskan oleh Almarhum Mbah Maridjan sebagai seorang "Juru Kunci Hargo Merapi" dengan Gelar "Mas Penewu SURAKSO HARGO".
Kata itu juga dipakai oleh Ki Hajar Dewantara yang meninggalkan gelar kebangsawanannya, menggambarkan dalam sebuah sistem pendidikan (Among Systems) yang terdiri dari "Cipta (the Head) atau Pola Pikir - Rasa (the Heart) atau Pola Emosi - Karsa (the hand) atau Pola Sikap." Tiga komponen kata tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan (tritunggal atau tridaya), yang mendasari kekuasaan yang tertinggi.
Pada masa lalu, kemampuan manusia dalam mengolah cipta, rasa, karsa kekuatan manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan telah menghasilkan peradaban menakjubkan. Hal inilah yang melahirkan peradaban besar di masa lalu. Itulah sebabnya, orang-orang tua dahulu sering mengatakan bahwa apabila kita bisa menyelaraskan 3 komponen kata di atas, maka kita akan bisa merasakan nikmatnya kehidupan (kemakmuran dan kebahagiaan). merupakan
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa Kemampuan/kompetensi Lulusan suatu jenjang pendidikan mencakup 3 (tiga) ranah, yaitu :
  1. Kemampuan Berpikir,
  2. Ketrampilan Melakukan Pekerjaan,
  3. Prilaku.
Setiap peserta didik memiliki potensi pada ketiga ranah tersebut, namun tingkatnya satu sama lain berbeda. Ini menunjukan keadilan Tuhan YME, setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat. Untuk itu, para Pendidik/Pamong Pengajar dalam menilai siswa, wajib memperhatikan ketiga faktor tersebut sebagai acuan/indikator penilaian.
  1. Kemampuan Berpikir merupakan ranah Kognitif, meliputi kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
  2. Kemampuan psikomotorik yaitu ketrampilan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti lari,melompat,menari, melukis, berbicara, membongkar, dan memasang peralatan, dan sebagainya.
  3. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengenadlikan diri.
Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran disekolah.

Didalam Ajaran Ki Hajar Dewantara hal ini disebut dengan Pendidikan berdasarkan kodrat Alam, dimana pendidikan berdasarkan 'kodrat Sang Anak' melalui ketiga indikatornya "Cipta (the Head) atau Pola Pikir - Rasa (the Heart) atau Pola Emosi - Karsa (the hand) atau Pola Sikap." Tiga komponen kata tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan (tritunggal atau tridaya), yang mendasari kekuasaan yang tertinggi. Pada masa lalu, kemampuan manusia dalam mengolah cipta, rasa, karsa merupakan kekuatan manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan telah menghasilkan peradaban menakjubkan. Dan apabila kita bisa menyelaraskan 3 komponen kata di atas, maka kita akan bisa merasakan nikmatnya kehidupan (kemakmuran dan kebahagiaan).

Melihat hal tersebut diatas, tepatkah UN, yang hanya menilai dari salah satu indikator ranah tersebut dijadikan alat ukur keberhasilan 'Pendidikan Nasional' bahkan tepatkah UN menjadi algojo terakhir menentukan Nasib seseorang.

Penilaia (menurut Buku yang saya baca, "PENILAIAN HASIL BELAJAR SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN" keluaran DirJen ManDikDasMen - Direktorat Pembinaan SMK, tahun 2008) adalah proses sistematis yang meliputi pengumpulan informasi (angka atau diskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Sedangkan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Maka dalam proses tersebut dibutuhkan data yang akuntable (dapat dipertanggung-jawabkan) yang kemudian akan diolah menjadi informasi, yang berhubungan dengan ketercapaian siswa dala proses pendidikan.


Penilaian merupakan suatu proses yang dilkukan melalui langkah-langkah :
  1. perencanaan
  2. penyusunan alat ukur penilaian
  3. pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti
  4. pengolahan
  5. penggunaan informasi
Adapun bentuk penilaian ada beberapa macam, antara lain : penilaian ujuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian hasil kerja (portofolio), dan penilaian diri.

Syarat utama penilaian dilakukan dlaam suasana yang menyenangkan, tidak tertekan. Siswa tidak merasa dihakimi oleh pamong pengajar tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan (melalui remeial). Dan penilaian harus bersifat objektif  dengan memanfaatkan secara optimal berbagai bukti hasil kerja dari sebuah penilaian dan membuat keputusan yang adil tentang penguasaan kompetensi peserta didik.

(tambahan buka  EVALUASI; PENGUKURAN; TES; dan PENILAIAN).

Jakarta, 10 November 2010
Ka.SMK Tamansiswa 1 Jakarta


Ki. Ruky Dwinarputra

Rabu, Oktober 27, 2010

BERITA DUKA

'Mergo wis saguh, yo kudu lungguh sing kukuh,
ora mingkuh'


Mbah Maridjan Ditemukan Meninggal Dunia dalam Posisi Sujud di Dapur 
Febriani (http://www.detiknews.com/read/2010/10/27/073115/1476147/10/mbah-Maridjan-ditemukan-meninggal-dunia-dalam-posisi-sujud-di-dapur)
http://www.frankgarsel.web.id/2010/10/mbah-marijan-meninggal-mayat-dengan.html
Mbah Marijan Meninggal Dunia (http://basukisutjijanto.com/mbah-marijan-meninggal-dunia.html)

BELIAU
Pamong ................

Masih Ingat kawan dengan selorohnya .........
OJO PLAY-PLAY NANG KONO

AYO, KITA KEMON
Ketika Pendakian pertama merapi Oktober1988

 Semoga Diterima Ditemapat Yang Layak DIsis Nya,
AMIN

Selasa, Oktober 19, 2010

LULUS UN ITU ........... MUDAH


SANGAT MUDAH 
Marilah kita mengkaji bersama pengertian diatas , yang berhubungan dengan Hasil UN:
1.  1.  Faktor –faktor   yang mentukan dalam proses pelaksanaan UN.
           Penentu sukses(Stakeholders)  UN
·     Kebijakan Pemerintah/Dinas Penidikan/BSNP : Penentu Standar Kompetensi Lulusan;
·     Kebijakan Pimpinan Sekolah
(Ka.Sekolah; Waka Kurikulum; Kajur; Wali Kelas; Panitia UN; dan Pamong Pengajar UN)
·     Orang Tua Siswa
·     Siswa
Faktor Kegagalan dalam UN, dapat terbagi menjadi :
A.      Internal
a.  Kesiapan Siswa  akan Alat tulis (pensil, penghapus, serutan,  dan  papan alas ujian) yang standart, dan kartu ujian. Hal ini dapat menyebabkan LJK menjadi rusak, kotor dan sobek.
b.  Terbiasa mengisi LJK terutama data pribadi dan kode soal
c.  Kondisi lingkungan terbiasa dengan suasana ujian (Pengawasan dan Kejujuran)
d. Pemahaman So’al yang kurang, dan perhitungan waktu mengerjakan yang tidak tepat.
e.  Persiapan Mental dan Fisik selama menjelang UN dan pelaksanaan UN
f.   Pemetaan Kemampuan dan kesiapan siswa
g.  Bimbingan Pamong terhadap point a sampai dengan e

B.      Eksternal :
         a)  Kesalahan dalam mengkoreksi (scan) dengan LJK pada data yang salah
         b)  Kesalahan So’al dan atau kesalahan Kunci Jawaban
         c)  Kerusakan LJK
         d)  So’al yang tidak jelas cetakannya atau jawaban yang hamper sama/mirip

2. 2.   Pembuatan Strategi
a. KOMITMEN Bersama Stakeholders (Sekolah; Orang Tua; dan Pemerintah) dalam rangka mensukseskan UN.
b.  Kisi-Kisi So’al : menganalisa kisi-kisi soal, kemudian dihubungkan dengan materi yang sudah atau belum diajarkan.
c.  POS UN : Menganalisa POS yang dapat membuat kegagalan pada pelaksanaan
d.  Standar  Kompetensi  Lulusan  :  menentukan  standar  kelulusan  minimum,  sesuai dengan kemampuan rata-rata siswa.
    Menentukan Standar Kelulusan (SKL) sebagai cermin UN. Maka cobalah bercermin dengan SKL pada setiap mata pelajaran dan kompetensi dasar yang diujikan, kemampuan dan kekurangan akan mudah diketahui. Setelah bercermin pada SKL inilah, saatnya sekarang membuat peta kemampuan dari setiap mata pelajaran. Dengan peta kemampuan diri, akan mudah melangkah dan memacu kemampuan diri.
f.   Membuat Bank So’al yang dikelompokkan sesuai dengan Kisi-kisi Soal.
g.  Pemetaan Kemampuan dan Kesiapan Siswa :
Latihan Ujian Nasional ini merupakan kegiatan terpadu antara materi dan sistem yang berlaku.  Yang hasilnya dapat dianalisis berupa peta kemampuan anak atau peserta didik yang selanjutnya di tindak lanjut dengan “Pelatihan Sesuai Kemampuan SIswa”.
h.  Pelaksanaan Latihan menjawab Bank So’al Ujian
i.   Pelaksanaan Latihan memilih soal yang disukai dan dipahami siswa
j.   Pelaksanaan Ujian menjawab soal yang dibuat siswa
Maksimalkan belajar. Belajar ekstra keras dan disiplin yang terus menerus harus dilakukan. Belajar bisa dengan belajar mandiri, kelompok, privat, les atau bimbingan belajar. Mumpung masih ada waktu, ingatlah tidak ada yang sulit jika mau belajar dan berlatih terus menerus.

3.  3.   Kembangkan Prinsip dasar Pemikiran :
Tidak mungkin ada hasil yang baik, tanpa persiapan dan proses yang baik.
Persiapan yang kita bekali kepada siswa sering bahkan kadang melupakan pembekalan jiwa/mental siswa, bahwa pada saatnya nanti mereka akan/harus diuji oleh orang lain, bahwa ujian tersebut siswa sendirian/tidak ada lagi bimbingan yang artinya siswa harus betul-betul memiliki keyakinan penuh dalam menjawab pada saat ujian nanti.
Anak kita siapkan sejak dini untuk terbiasa di uji atau dinilai orang lain, dengan suasana yang hampir mirip dengan suasana UN. Hal ini dilakukan dalam upaya membina mental sang anak.
Sehingga terlihat jelas, bahwa siswa yang mendapat nilai baik pastilah siswa yang memiliki salah satu syarat yaitu mempersiapkan mentalnya atau siswa yang memiliki kodrat mental yang lebih baik atau siswa yang memiliki keyakinan penuh.

4. 4.   Pendidikan sebagai usaha kebudayaan,                                                                    Kita terkadang kurang bahkan lupa memperhatikan pada pertumbuh-perkembangan jiwa sang anak, apalagi yang sesuai kodratnya. Begitu pula pada saat proses pembekalan materi, cenderung kita melupakan bahwa pendidikan bukan pengajaran, pendidikan adalah usaha kebudayaan yang dilakukan melalui menumbuh-kembangkan jiwa dan raga sesuai kodratnya. Karena kita mengejar materi/kurikulum, sehingga kita lupa bahwa proses belajar-mengajar harus menyenangkan anak, atau sesuai dengan kodratnya. Sewajarnya untuk materipun harus dipilih/disesuaikan dengan kodrat sang anak, sehingga anak benar-benar dapat memiliki jiwa merdeka, atau kesenangan pada apa yang sedang dan akan dikerjakannya.
Kita sebagai pembimbing/pengasuh, selalu mengamati/menganalisa kemajuan belajar anak melalui analisa soal. Data analisa tersebut yang nantinya akan dikembangkan menjadi kebijakan dalam pemberian materi berikutnya yang disesuai dengan kodrat sang anak.
Kita juga harus selalu mengembangkan cara pendekatan kepada sang anak, dengan bimbingan yang lebih intensif, sehingga kita mengetahui kodrat anak tersebut.
 
5. Berdoa, Pasrah iri kepada hasil                                                                                                       Dan yang tidak kalah pentingnya, kita sering terbawa kepada pengertian umum bahwa pendidikan sama dengan sekolah. Sehingga kita terbawa pada penilaian mereka, bahwa letak atau tolak ukur keberhasilan pendidikan ada di sekolah atau guru/pengasuh/pembimbing. Padahal suah jelas pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara terdiri dari 3 sektor yang tidak terpisahkan, dan sekolah pada umumnya tidak lebih hanya memiliki 5 sampai 8 jam atau  atau maksimal 1/3 bagian dari keseluruhan kehidupan sang anak, sisanya pendidikan ada di keluarga dan masyarakat. Maka kurang tepat rasanya apabila hasil pendidikan dibebankan hanya pada sekolah, ajaklah mereka (keluarga dan masyarakat) untuk ikut bersama menumbuh-kembangkan jiwa raga sang anak dalam upaya menyukseskan UN. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan perhatian dan kepdulian orang tua dan masyarakat akan proses pembimbingan UN.


Salam.