http://www.scribd.com/doc/72779264/1213
A.Pendahuluan
Taman Siswa adalah nama sekolah yang
didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta
(Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti
murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama
"National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi
gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah
Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan
Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di
seluruh Indonesia.
Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman
Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru adalah:
Ing ngarsa sung tulada ("(yang) di depan memberi teladan/contoh")
©
Ing madya mangun karsa ("(yang)" di tengah membangun
prakarsa/semangat")
©
Tut wuri handayani ("dari belakang mendukung").
Ketiga prinsip ini digabung menjadi satu
rangkaian/ungkapan utuh: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut
wuri handayani, yang sampai sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan
pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.
B.ISI
KODRAT
ALAM (Cirikhas 1 Tamansiswa) :
Sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan YME
mengandung arti bahwa hakekat umat manusia adalah menyatu dengan alam semesta
dan tidak dapat lepas dari hukum kodrat alam. Manusia akan bahagia bila
menyelaraskan diri dengan kodrat alam yang mengandung segala hukum kemajuan.
Hari berganti minggu, berganti bulan, berganti tahun selalu
bertambah dan tidak pernah mundur ataupun berhenti, itulah kodrat alam kuasa
Illahi. Budaya manusia selalu mengalami kemajuan dan interaksi antar bangsa tak
terelakkan sesuai hukum kodrat alam. Demikianlah Ki Hadjar Dewantara (KHD)
memberi pedoman olah budaya bangsa dengan TRIKON (Kontinyu, Konvergen,
Konsentris)
©
KONTINYU : Mengolah budaya bangsa secara berkesi nambungan dari
masa lalu, masa kini dan masa datang. Dari generasi ke generasi menjalin
rangkaian kemajuan budaya bangsa terus menerus tiada terputus.
©
KONVERGEN : Tidak menutup diri dengan perkem bangan kebudayaan
dunia. Dengan adaptif memilah dan memilih budaya universal yang bermanfaat bagi
memperkaya perkembangan budaya bangsa sendiri.
©
KONSENTRIS : Dalam mengarungi dan menyatu dengan arus budaya
universal, berpegang teguh kepada budaya sendiri memperkuat kepribadian
nasional. Bangsa yang besar selalu mempunyai ciri karakter budaya bangsanya.
KONSENTRISITAS
: (Unsur TRIKON)
KHD mempraktekkan konsentrisitas sebelum
melansir konsep TRIKON yaitu menyerap ilmu
dari Barat dan melahirkan konsep yang membumi. Tahun 1913 sd 1919 KHD
dibuang (externir) ke negeri Belanda memperdalam Ilmu Paedagogie dan memperoleh
sertifikat pendidik Eropa. Walau KHD dididik secara Barat namun konsepnya tidak
kebarat-baratan. Ajaran KHD disesuaikan
dengan budaya lokal misalnya sistem kekeluargaan, sistem among, tut wuri
handayani dll. Beberapa orang salah paham dengan Kejawaan KHD (kejawen?),
karena saat itu belum ada bahasa persatuan (Sumpah Pemuda 1928). Konsep KHD
yang membumi misalnya wiyatagriya adalah “school woning type” (home
schoolling). Tringo (Ngerti, Ngroso, Nglakoni) sekarang dikenal cognitif,
afektif, psycho motoric. Kemerdekaan sejalan dengan konsep Frobel dalam
pendidikan anak di Belanda. Konsentrisitas semacam ini telah lama dilakukan
sebelumnya oleh para Wali Songo misalnya dalam tradisi Lebaran dengan sungkem
dan mudik yang tidak terdapat di dunia Islam selain Indonesia. Hakekatnya KHD
keturunan Nyi Ageng Serang buyut dari Sunan Kalijogo. Banyak yang belum tahu
bahwa tahun 1928 orang yang pertama mengusulkan bahasa Persatuan dengan bahasa
Indonesia (bukan bahasa Jawa) adalah KHD.
Azas Tamansiswa butir ke-3 berbunyi : Tentang
zaman yang akan datang maka rakyat kita ada dalam kebingungan. Seringkali kita
tertipu oleh keadaan yang kita pandang perlu dan laras untuk hidup kita,
padahal itu adalah keperluan bangsa asing yang sukar didapatnya dengan
penghidupan kita sendiri. Demikianlah kita acapkali merusak kedamaian hidup
kita. Lagipula kita sering mementingkan pengajaran yang hanya menuju
terlepasnya fikiran (intelektualisme), padahal pengajaran itu membawa kita
kepada gelombang penghidupan yang tidak merdeka (economisch afhankeleijk) dan
memisahkan orang terpelajar dengan rakyatnya. Di dalam kebingungan ini
seharusnyalah keadaban kita sendiri (cultuurhistorie) kita pakai sebagai
penunjuk jalan untuk mencari penghidupan baru yang selaras dengan kodrat kita
dan akan memberi kedamaian dalam hidup kita. Dengan keadaan bangsa kita sendiri
kita lalu pantas berhubungan dengan keadaban bangsa asing.
Demikianlah KHD tidak merekomendasikan pendidikan yang melulu
intelektualisme (cognitif/Ngerti) melainkan adanya keseimbangan dengan afektif
(Ngroso) serta psycho motoric (Nglakoni) antara lain dengan pendidikan nation
and character building. Karena hakekatnya Tamansiswa adalah perguruan
kebangsaan (National Onderwijs Instituut Tamansiswa). Pendidikan yang terlalu
mementingkan intelektual (kognitif) menjauhkan pelajar dari rakyatnya,
memperlebar jurang kaya miskin selanjutnya menambah kerawanan sosial.
Pendidikan karakter sejak Tamansiswa berdiri
3 Juli 1922 melekat kepada setiap mapel yang diajarkan setiap pamong (guru).
Dengan berlakunya KTSP pendidikan karakter diajarkan dalam mapel Budi Pekerti
dan mapel Ketamansiswaan. Mapel Budi Pekerti hakekatnya mengajarkan tentang
“habluminannas dan hablumin Allah”. Mapel Ketamansiswaan menekankan pada ajaran
KHD serta character and nation building. Acuan mapel tersebut berupa silabi
dengan penekanan konsentrisitas budaya mengutamakan kepada kearifan lokal (local
wisdom) menuju pembentukan kepribadian khas Indonesia. Agar bangsa kita dapat
berdiri sejajar dengan keadaban bangsa lain di dunia, demikian KHD.
KEMERDEKAAN (Cirikhas 2 Tamansiswa) :
Kemerdekaan mengandung arti sebagai karunia
Tuhan YME kepada manusia dengan memberikan hak untuk mengatur dirinya sendiri
(zelfbeschikkingsrecht) dengan mengingati syarat tertib damainya (orde en
vrede) hidup bermasyarakat. Karena itu kemerdekaan diri harus diartikan sebagai
swadisiplin atas dasar nilai luhur, hak hidup sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Kemerdekaan harus menjadi dasar untuk pengembangan pribadi
yang kuat dan sadar dalam suasana keseimbangan dan keselarasan pribadi yang
kuat dan sadar dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan pendidikan Perguruan Tamansiswa adalah
membangun peserta didik menjadi manusia yang merdeka lahir-batin dan tenaganya,
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia,
cerdas dan terampil hidup, sehat jasmani rohani, menjadi anggota masyarakat
yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air dan
umat manusia pada umumnya. Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut Tamansiswa
menerapkan Among Metode (Sistem Among) berdasarkan kekeluargaan.
Ajaran
Tamansiswa
Beberapa hal mengenai ajaran Tamansiswa, antara lain.
Pancadharma
Pancadharma merupakan pokok dari ajaran Tamansiswa. Pancadharma
berisi 5(lima) hal pokok tentang kehidupan. Isi pancadharma yang pertama adalah
Kodrat Alam. Hal ini merupakan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Kedua,
Kemerdekaan. Ini merupakan hal yang berhubungan dengan makhluk hidup. Dengan
adanya hal ini, manusia mampu hidup dengan kakinya sendiri tanpa bantuan dari
orang lain. Ketiga, Kebudayaan. Hal ini disetarakan dengan kebudayaan orang di seluruh
Nusantara pada umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya. Keempat, Kebangsaan.
Perguruan Tamansiswa mencakup aspek kebangsaan antara lain, masyarakat
Indonesia mempunyai 5 (lima) kepercayaan yang berbeda-beda. Dan denga asas
kebangsaan ini, orang Tamansiswa mampu merangkul semua kepercayaan di
Nusantara. Kelima, Kemanusiaan. Hal ini merupakan asas yang berkaitan dengan
manusia. Dan dengan aspek ini, diharapkan manusia mempunyai rasa welas-asih
terhadap manusia yang lain.
Asas 1922
Ada 7 (tujuh) asas pada Asas 1922 ini. Inti dari Asas ini adalah
hendaknya kita hidup pada kaki kita sendiri, jangan mengharap belas kasihan
orang lain, hidup dengan salam dan bahagia atau senantiasa mengucap salam pada
orang lain (lahir) dan bahagia batinnya. Selain itu, kita hidup dengan kemauan
sang anak. Sehingga, sang anak dapat mengatakan sendiri apa maunya.
Lawan Sastra
Ngesti Mulya
Asas ini mempunyai arti yang mulia, yaitu dengan pendidikan atau
pengetahuan kita akan mendapat kemuliaan. Jadi, kita harus menjunjung tinggi
ajaran itu. Agar di masa yang akan datang, kita akan mencapai kemuliaan.
Tirilah Hidup
Cicak
Cicak itu tidak mempunyai pendidikan, tetapi mereka dapat
memperoleh makanan untuk dirinya dan anak-anaknya. Apalagi kita yang
berpendidikan. Pesan dari asas tersebut adalah agar kita, orang Tamansiswa,
mampu meniru hidup seekor cicak. Dengan pendidikan yang tinggi, kita seharusnya
mampu memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak sebagai makhluk.
SISTEM AMONG
:
Among artinya mengemban, membina dengan keikhlasan
hati tanpa pamrih. Pendidikan Perguruan Tamansiswa dilaksanakan menurut Sistem
Among yaitu suatu system pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan :
Kodrat Alam sebagai wujud pengakuan kuasa
Illahi dan syarat untuk mencapai kemajuan yang secepat-cepatnya dan
sebaik-baiknya selaras dengan perubahan alam dan jaman. Menyadari akan sifat kodrati dimana setiap anak selalu
tenteram dalam alam keluarganya, maka Sistem Among memakai dasar kekeluargaan.
Pamong bertindak sebagai pengganti orang tua di perguruan dengan segala asih,
asah, asuhnya. Sebaiknya untuk PAUD dan TK mempergunakan bahasa ibu. Suasana
kekeluargaan ini membuat siswa lebih gembira dan kondusif, daripada sekolah
formal yang sarat ketegangan cadaver disiplin. Kekeluargaan membuat siswa masih
berada dalam kodratnya yang direalisasikan dalam Wiyata Griya dimana siswa
tinggal dalam rumah tangga asrama di perguruan. Hal ini dapat terlaksana pada
awal berdirinya Tamansiswa, namun seiring dengan menyempitnya lahan, konsep ini
tidak terlaksana penuh. Namun SMA Taruna Nusantara masih konsisten dengan
system Tamansiswa Wiyata Griya di Magelang.
Kemerdekaan jiwa siswa lahir batin dan
tenaganya adalah tujuan utama sistem among. Kemerdekaan lahir batin ini sangat
diperlukan sang anak pada pra kemerdekaan guna menyongsong kemerdekaan bangsa.
Setelah kemerdekaan jiwa merdeka ini masih diperlukan sepanjang jaman dari
rakyat hingga pimpinan nasional, agar Indonesia tidak didikte Negara lain.
Sistem among melarang adanya hukuman yang memaksakan kepada sang anak, karena
akan membunuh jiwa merdekanya. Pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar)
diaplikaikan dengan memakai “dolanan anak” (kinder spellen). Misalnya membuat
peta dengan pasir, menghafal abjad dengan menyanyi, simulasi, seni budaya. Peri
laku dolanan anak adalah kodrat semua anak makhluk Tuhan guna mengasah panca
inderanya. Dolanan anak bisa menjadi embrio jiwa merdeka yang tidak boleh
dipupus begitu saja oleh sekedar keperluan pelatihan disiplin.
TUT WURI
HANDAYANI :
“Tut Wuri Handayani” memberi kebebasan
inovasi kepada anak sesuai podrat talentanya. Dengan pembinaan dari belakang,
tidak semata mendikte perilaku sang anak, membentuk percaya dirinya. Bila perlu
memberikan koreksi dan dorongan (handayani) kepada setiap peri laku anak. “Ing
Madyo Mangun Karso” mengajak sang anak proaktif mengikuti segala KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar) dengan penuh penghayatan, kreatif, bersemangat. “Ing Ngarso
Sung Tulodho” artinya bila sang anak telah cukup bekalnya harus dapat memimpin
dan memberikan suri tauladan kepada yunior dan masyarakatnya.
Azas ke-4 Tamansiswa berbunyi Pengajaran yang
hanya didapat oleh sebagian kecil dari rakyat kita tidak berfaedah untuk
bangsa. Maka haruslah golongan rakyat yang besar mendapat pengajaran
secukupnya. Kekuatan bangsa dan Negara itu jumlahnya kekuatan orang-orangnya.
Maka lebih baik memajukan pengajaran untuk rakyat umum daripada meninggikan
pengajaran, kalau usaha meninggikan ini seolah-olah mengurangi tersebarnya
pengajaran. Sehubungan itu Tamansiswa
ada di Garda Depan saat mengajukan judicial review terhadap UUBHP kepada MK.
Karena UUBHP dipandang bertentangan dengan UUD 1945 dalam ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Azas ke-7 Tamansiswa berbunyi Dengan tidak
terikat lahir batin, serta dengan suci hati, berniatlah kita berdekatan dengan
Sang Anak. Kita (pamong) tidak meminta sesuatu hak, akan tetapi menyerahkan
diri akan berhamba kepada Sang Anak. Tanpa keikhlasan berkorban demi sang anak,
mustahil misi pendidikan karakter dapat tercapai sesuai tujuannya.
VISI DAN MISI
TAMANSISWA
A. Visi
Visi persatuan Taman Siswa dan cabang-cabangnya adalah sebagian
badan Perjuangan Kebudayaan dan Pembangunan masyarakat serta penyelenggaraan
pendidikan dalam arti luas dalam bentuk perguruan.
B. Misi :
©
Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia .
©
Mewujudkan masyarakat tertib damai salam dan bahagia sesuai
masyarakat merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
©
Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempertajam daya cipta, rasa
dan karsa manusia.
C. Usahanya :
©
Dalam rangka melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional
Indonesia , cabang-cabang dapat bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Propinsi
dan Kabupaten / Kota membuka sanggar-sanggar budaya atau seminar-seminar
tentang kebudayaan.
©
Dalam rangka mewujudkan masyarakat tertib damai, salam dan bahagia
cabang-cabang dapat bekerja sama dengan Dinas Sosial Propinsi / Kabupaten /
Kota dan lembaga social tingkat Propinsi / Kabupaten / Kota dalam rangka
memerangi kemiskinan, keterbelakangan, dan penyakit-penyakit masyarakat.
©
Dalam rangka menyelenggarakan pendidikan dalam arti luas
(pendidikan jalur formal, informal, dan non formal) dalam bentuk perguruan,
Cabang-cabang dapat bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Propinsi Kabupaten /
Kota dalam rangka mengentaskan kebodohan, memeratakan kualitas pendidikan.
Cabang-cabang
dapat menyelenggarakan :
©
Pendidikan jalur formal dari T. Indria sampai dengan Perguruan
Tinggi baik umum maupun kejuruan.
©
Pendidikan jalur informal berupa nasehat, petuah, dan keteladanan
hidup tertib damai salam dan bahagia terhadap siswa, orang tua siswa, dan
masyarakat umum.
© Pendidikan jalur nonformal berupa : sarasehan, seminar,
ceramah-ceramah tentang pendidikan Anak Usia Dini (PAUD / Kelompok Belajar),
menyelenggarakan Paket A,B,C Pemberantasan aksara kursus, kursus, dsb.
C.PENUTUP
Ki Hadjar
Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional yang mendirikan Perguruan Tamansiswa
tanggal 3 Juli 1922. Beliau mencetuskan beberapa ajaran kepemimpinan, salah
satunya Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani.
Yang memiliki makna didepan memberi contoh atau teladan, ditengah memberi
semangat dan dorongan, serta dibelakang mengawasi anak didik, tanpa mengurangi
kebebasan anak didik.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar