PENDIDIKAN

Pendidikan sebagai investasi SDM
DUNIA dan AKHIRAT

Rabu, November 27, 2013

TAMANSISWA

by Kurnia Fajar Arifianti
http://www.scribd.com/doc/72779264/1213


A.Pendahuluan
Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Prinsip dasar dalam sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru adalah:
Ing ngarsa sung tulada ("(yang) di depan memberi teladan/contoh")
©       Ing madya mangun karsa ("(yang)" di tengah membangun prakarsa/semangat")
©       Tut wuri handayani ("dari belakang mendukung").
Ketiga prinsip ini digabung menjadi satu rangkaian/ungkapan utuh: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang sampai sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.

B.ISI
KODRAT ALAM  (Cirikhas 1 Tamansiswa) :
Sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan YME mengandung arti bahwa hakekat umat manusia adalah menyatu dengan alam semesta dan tidak dapat lepas dari hukum kodrat alam. Manusia akan bahagia bila menyelaraskan diri dengan kodrat alam yang mengandung segala hukum kemajuan.
Hari berganti minggu, berganti bulan, berganti tahun selalu bertambah dan tidak pernah mundur ataupun berhenti, itulah kodrat alam kuasa Illahi. Budaya manusia selalu mengalami kemajuan dan interaksi antar bangsa tak terelakkan sesuai hukum kodrat alam. Demikianlah Ki Hadjar Dewantara (KHD) memberi pedoman olah budaya bangsa dengan TRIKON (Kontinyu, Konvergen, Konsentris)

©       KONTINYU : Mengolah budaya bangsa secara berkesi nambungan dari masa lalu, masa kini dan masa datang. Dari generasi ke generasi menjalin rangkaian kemajuan budaya bangsa terus menerus tiada terputus.
©       KONVERGEN : Tidak menutup diri dengan perkem bangan kebudayaan dunia. Dengan adaptif memilah dan memilih budaya universal yang bermanfaat bagi memperkaya perkembangan budaya bangsa sendiri.
©       KONSENTRIS : Dalam mengarungi dan menyatu dengan arus budaya universal, berpegang teguh kepada budaya sendiri memperkuat kepribadian nasional. Bangsa yang besar selalu mempunyai ciri karakter budaya bangsanya.

KONSENTRISITAS : (Unsur TRIKON)
KHD mempraktekkan konsentrisitas sebelum melansir konsep TRIKON yaitu menyerap ilmu  dari Barat dan melahirkan konsep yang membumi. Tahun 1913 sd 1919 KHD dibuang (externir) ke negeri Belanda memperdalam Ilmu Paedagogie dan memperoleh sertifikat pendidik Eropa. Walau KHD dididik secara Barat namun konsepnya tidak kebarat-baratan. Ajaran KHD  disesuaikan dengan budaya lokal misalnya sistem kekeluargaan, sistem among, tut wuri handayani dll. Beberapa orang salah paham dengan Kejawaan KHD (kejawen?), karena saat itu belum ada bahasa persatuan (Sumpah Pemuda 1928). Konsep KHD yang membumi misalnya wiyatagriya adalah “school woning type” (home schoolling). Tringo (Ngerti, Ngroso, Nglakoni) sekarang dikenal cognitif, afektif, psycho motoric. Kemerdekaan sejalan dengan konsep Frobel dalam pendidikan anak di Belanda. Konsentrisitas semacam ini telah lama dilakukan sebelumnya oleh para Wali Songo misalnya dalam tradisi Lebaran dengan sungkem dan mudik yang tidak terdapat di dunia Islam selain Indonesia. Hakekatnya KHD keturunan Nyi Ageng Serang buyut dari Sunan Kalijogo. Banyak yang belum tahu bahwa tahun 1928 orang yang pertama mengusulkan bahasa Persatuan dengan bahasa Indonesia (bukan bahasa Jawa) adalah KHD.
Azas Tamansiswa butir ke-3 berbunyi : Tentang zaman yang akan datang maka rakyat kita ada dalam kebingungan. Seringkali kita tertipu oleh keadaan yang kita pandang perlu dan laras untuk hidup kita, padahal itu adalah keperluan bangsa asing yang sukar didapatnya dengan penghidupan kita sendiri. Demikianlah kita acapkali merusak kedamaian hidup kita. Lagipula kita sering mementingkan pengajaran yang hanya menuju terlepasnya fikiran (intelektualisme), padahal pengajaran itu membawa kita kepada gelombang penghidupan yang tidak merdeka (economisch afhankeleijk) dan memisahkan orang terpelajar dengan rakyatnya. Di dalam kebingungan ini seharusnyalah keadaban kita sendiri (cultuurhistorie) kita pakai sebagai penunjuk jalan untuk mencari penghidupan baru yang selaras dengan kodrat kita dan akan memberi kedamaian dalam hidup kita. Dengan keadaan bangsa kita sendiri kita lalu pantas berhubungan dengan keadaban bangsa asing.
Demikianlah KHD tidak merekomendasikan pendidikan yang melulu intelektualisme (cognitif/Ngerti) melainkan adanya keseimbangan dengan afektif (Ngroso) serta psycho motoric (Nglakoni) antara lain dengan pendidikan nation and character building. Karena hakekatnya Tamansiswa adalah perguruan kebangsaan (National Onderwijs Instituut Tamansiswa). Pendidikan yang terlalu mementingkan intelektual (kognitif) menjauhkan pelajar dari rakyatnya, memperlebar jurang kaya miskin selanjutnya menambah kerawanan sosial.
Pendidikan karakter sejak Tamansiswa berdiri 3 Juli 1922 melekat kepada setiap mapel yang diajarkan setiap pamong (guru). Dengan berlakunya KTSP pendidikan karakter diajarkan dalam mapel Budi Pekerti dan mapel Ketamansiswaan. Mapel Budi Pekerti hakekatnya mengajarkan tentang “habluminannas dan hablumin Allah”. Mapel Ketamansiswaan menekankan pada ajaran KHD serta character and nation building. Acuan mapel tersebut berupa silabi dengan penekanan konsentrisitas budaya mengutamakan kepada kearifan lokal (local wisdom) menuju pembentukan kepribadian khas Indonesia. Agar bangsa kita dapat berdiri sejajar dengan keadaban bangsa lain di dunia, demikian KHD.
 KEMERDEKAAN (Cirikhas 2 Tamansiswa) :
Kemerdekaan mengandung arti sebagai karunia Tuhan YME kepada manusia dengan memberikan hak untuk mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikkingsrecht) dengan mengingati syarat tertib damainya (orde en vrede) hidup bermasyarakat. Karena itu kemerdekaan diri harus diartikan sebagai swadisiplin atas dasar nilai luhur, hak hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kemerdekaan harus menjadi dasar untuk pengembangan pribadi yang kuat dan sadar dalam suasana keseimbangan dan keselarasan pribadi yang kuat dan sadar dalam kehidupan bermasyarakat.
                Tujuan pendidikan Perguruan Tamansiswa adalah membangun peserta didik menjadi manusia yang merdeka lahir-batin dan tenaganya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, cerdas dan terampil hidup, sehat jasmani rohani, menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air dan umat manusia pada umumnya. Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut Tamansiswa menerapkan Among Metode (Sistem Among) berdasarkan kekeluargaan.

Ajaran Tamansiswa
Beberapa hal mengenai ajaran Tamansiswa, antara lain.
Pancadharma
Pancadharma merupakan pokok dari ajaran Tamansiswa. Pancadharma berisi 5(lima) hal pokok tentang kehidupan. Isi pancadharma yang pertama adalah Kodrat Alam. Hal ini merupakan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Kedua, Kemerdekaan. Ini merupakan hal yang berhubungan dengan makhluk hidup. Dengan adanya hal ini, manusia mampu hidup dengan kakinya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Ketiga, Kebudayaan. Hal ini disetarakan dengan kebudayaan orang di seluruh Nusantara pada umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya. Keempat, Kebangsaan. Perguruan Tamansiswa mencakup aspek kebangsaan antara lain, masyarakat Indonesia mempunyai 5 (lima) kepercayaan yang berbeda-beda. Dan denga asas kebangsaan ini, orang Tamansiswa mampu merangkul semua kepercayaan di Nusantara. Kelima, Kemanusiaan. Hal ini merupakan asas yang berkaitan dengan manusia. Dan dengan aspek ini, diharapkan manusia mempunyai rasa welas-asih terhadap manusia yang lain.
Asas 1922
Ada 7 (tujuh) asas pada Asas 1922 ini. Inti dari Asas ini adalah hendaknya kita hidup pada kaki kita sendiri, jangan mengharap belas kasihan orang lain, hidup dengan salam dan bahagia atau senantiasa mengucap salam pada orang lain (lahir) dan bahagia batinnya. Selain itu, kita hidup dengan kemauan sang anak. Sehingga, sang anak dapat mengatakan sendiri apa maunya.

Lawan Sastra Ngesti Mulya
Asas ini mempunyai arti yang mulia, yaitu dengan pendidikan atau pengetahuan kita akan mendapat kemuliaan. Jadi, kita harus menjunjung tinggi ajaran itu. Agar di masa yang akan datang, kita akan mencapai kemuliaan.
Tirilah Hidup Cicak
Cicak itu tidak mempunyai pendidikan, tetapi mereka dapat memperoleh makanan untuk dirinya dan anak-anaknya. Apalagi kita yang berpendidikan. Pesan dari asas tersebut adalah agar kita, orang Tamansiswa, mampu meniru hidup seekor cicak. Dengan pendidikan yang tinggi, kita seharusnya mampu memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak sebagai makhluk.
SISTEM AMONG : 
Among artinya mengemban, membina dengan keikhlasan hati tanpa pamrih. Pendidikan Perguruan Tamansiswa dilaksanakan menurut Sistem Among yaitu suatu system pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan :
Kodrat Alam sebagai wujud pengakuan kuasa Illahi dan syarat untuk mencapai kemajuan yang secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya selaras dengan perubahan alam dan jaman. Menyadari  akan sifat kodrati dimana setiap anak selalu tenteram dalam alam keluarganya, maka Sistem Among memakai dasar kekeluargaan. Pamong bertindak sebagai pengganti orang tua di perguruan dengan segala asih, asah, asuhnya. Sebaiknya untuk PAUD dan TK mempergunakan bahasa ibu. Suasana kekeluargaan ini membuat siswa lebih gembira dan kondusif, daripada sekolah formal yang sarat ketegangan cadaver disiplin. Kekeluargaan membuat siswa masih berada dalam kodratnya yang direalisasikan dalam Wiyata Griya dimana siswa tinggal dalam rumah tangga asrama di perguruan. Hal ini dapat terlaksana pada awal berdirinya Tamansiswa, namun seiring dengan menyempitnya lahan, konsep ini tidak terlaksana penuh. Namun SMA Taruna Nusantara masih konsisten dengan system Tamansiswa Wiyata Griya di Magelang.
Kemerdekaan jiwa siswa lahir batin dan tenaganya adalah tujuan utama sistem among. Kemerdekaan lahir batin ini sangat diperlukan sang anak pada pra kemerdekaan guna menyongsong kemerdekaan bangsa. Setelah kemerdekaan jiwa merdeka ini masih diperlukan sepanjang jaman dari rakyat hingga pimpinan nasional, agar Indonesia tidak didikte Negara lain. Sistem among melarang adanya hukuman yang memaksakan kepada sang anak, karena akan membunuh jiwa merdekanya. Pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar) diaplikaikan dengan memakai “dolanan anak” (kinder spellen). Misalnya membuat peta dengan pasir, menghafal abjad dengan menyanyi, simulasi, seni budaya. Peri laku dolanan anak adalah kodrat semua anak makhluk Tuhan guna mengasah panca inderanya. Dolanan anak bisa menjadi embrio jiwa merdeka yang tidak boleh dipupus begitu saja oleh sekedar keperluan pelatihan disiplin.

TUT WURI HANDAYANI :
“Tut Wuri Handayani” memberi kebebasan inovasi kepada anak sesuai podrat talentanya. Dengan pembinaan dari belakang, tidak semata mendikte perilaku sang anak, membentuk percaya dirinya. Bila perlu memberikan koreksi dan dorongan (handayani) kepada setiap peri laku anak. “Ing Madyo Mangun Karso” mengajak sang anak proaktif mengikuti segala KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dengan penuh penghayatan, kreatif, bersemangat. “Ing Ngarso Sung Tulodho” artinya bila sang anak telah cukup bekalnya harus dapat memimpin dan memberikan suri tauladan kepada yunior dan masyarakatnya.
Azas ke-4 Tamansiswa berbunyi Pengajaran yang hanya didapat oleh sebagian kecil dari rakyat kita tidak berfaedah untuk bangsa. Maka haruslah golongan rakyat yang besar mendapat pengajaran secukupnya. Kekuatan bangsa dan Negara itu jumlahnya kekuatan orang-orangnya. Maka lebih baik memajukan pengajaran untuk rakyat umum daripada meninggikan pengajaran, kalau usaha meninggikan ini seolah-olah mengurangi tersebarnya pengajaran.  Sehubungan itu Tamansiswa ada di Garda Depan saat mengajukan judicial review terhadap UUBHP kepada MK. Karena UUBHP dipandang bertentangan dengan UUD 1945 dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Azas ke-7 Tamansiswa berbunyi Dengan tidak terikat lahir batin, serta dengan suci hati, berniatlah kita berdekatan dengan Sang Anak. Kita (pamong) tidak meminta sesuatu hak, akan tetapi menyerahkan diri akan berhamba kepada Sang Anak. Tanpa keikhlasan berkorban demi sang anak, mustahil misi pendidikan karakter dapat tercapai sesuai tujuannya.

VISI DAN MISI TAMANSISWA
A. Visi
Visi persatuan Taman Siswa dan cabang-cabangnya adalah sebagian badan Perjuangan Kebudayaan dan Pembangunan masyarakat serta penyelenggaraan pendidikan dalam arti luas dalam bentuk perguruan.
B. Misi :
©       Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia .
©       Mewujudkan masyarakat tertib damai salam dan bahagia sesuai masyarakat merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
©       Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempertajam daya cipta, rasa dan karsa manusia.
C. Usahanya :
©       Dalam rangka melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia , cabang-cabang dapat bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Propinsi dan Kabupaten / Kota membuka sanggar-sanggar budaya atau seminar-seminar tentang kebudayaan.
©       Dalam rangka mewujudkan masyarakat tertib damai, salam dan bahagia cabang-cabang dapat bekerja sama dengan Dinas Sosial Propinsi / Kabupaten / Kota dan lembaga social tingkat Propinsi / Kabupaten / Kota dalam rangka memerangi kemiskinan, keterbelakangan, dan penyakit-penyakit masyarakat.
©       Dalam rangka menyelenggarakan pendidikan dalam arti luas (pendidikan jalur formal, informal, dan non formal) dalam bentuk perguruan, Cabang-cabang dapat bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Propinsi Kabupaten / Kota dalam rangka mengentaskan kebodohan, memeratakan kualitas pendidikan.

Cabang-cabang dapat menyelenggarakan :
©       Pendidikan jalur formal dari T. Indria sampai dengan Perguruan Tinggi baik umum maupun kejuruan.
©       Pendidikan jalur informal berupa nasehat, petuah, dan keteladanan hidup tertib damai salam dan bahagia terhadap siswa, orang tua siswa, dan masyarakat umum.
© Pendidikan jalur nonformal berupa : sarasehan, seminar, ceramah-ceramah tentang pendidikan Anak Usia Dini (PAUD / Kelompok Belajar), menyelenggarakan Paket A,B,C Pemberantasan aksara kursus, kursus, dsb.

C.PENUTUP
Ki Hadjar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional yang mendirikan Perguruan Tamansiswa tanggal 3 Juli 1922. Beliau mencetuskan beberapa ajaran kepemimpinan, salah satunya Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Yang memiliki makna didepan memberi contoh atau teladan, ditengah memberi semangat dan dorongan, serta dibelakang mengawasi anak didik, tanpa mengurangi kebebasan anak didik.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar