PENDIDIKAN

Pendidikan sebagai investasi SDM
DUNIA dan AKHIRAT

Jumat, Oktober 18, 2013

Sudahkah Sistem Pendidikan Kita Menciptakan Manusia Yang Berkarakter Dan Berbudaya?

https://www.facebook.com/notes/ruky-dwinarputra/sudahkah-sistem-pendidikan-kita-menciptakan-manusia-yang-berkarakter-dan-berbuda/10151438108913297
12 Mei 2013 pukul 20:17 

Sabtu, 27Januari 2007, NationalIntegration Movement (NIM) kembali menggelar Diskusi Kebangsaan diPadepokanOne Earth, Ciawi. Diskusi kali ini membahas tentang efektivitas sistempendidikan di Indonesiadalam melahirkan manusia Indonesiayang berkarakter dan berbudaya. Hadir sebagai Narasumber, Ki SoenarnoHd dariPerguruan Taman Siswa-Jakarta, dan Marhento Wintolo dari GerakanPengajar,Dokter dan Psikolog Bagi Ibu Pertiwi (GPDP). Ki Soenarno Hd adalahwakil dariTaman Siswa yang membubuhkan tanda tangannya pada prasasti PerpustakaanDewantara-Tagore (DEWATA) di komplek One Earth, Ciawi.
Firman Allahmengatakan bahwamanusia diciptakan laki-laki dan perempuan, bersuku-suku,berbangsa-bangsa untuk saling kenal mengenal. Salahsatubentuk dari perkenalan itu, menurut Ki Soenarno, adalah Pendidikan.Pendidikan yang seperti apa? Pendidikan yang menurut KiHadjar Dewantara sebagai upaya kebudayaan untuk membimbing tumbuhnyajiwa ragaagar melalui kodrat pribadi dan pengaruh lingkungan mendapatkanperkembanganjiwa dalam kehidupannya.
Upaya kebudayaanpendidikan ituberupa upaya mempertajam akal (secara konqnitif),  rasa(secara afektif) dan  karya/tindakan (secarapsikomotorik) untukmelestarikan dan mengembangkan kebudayaan sebagai hasil budi dayamanusiaseperti Ilmu Pengetahuan, Religiositas, Etika, Estetika dan KecakapanHidup.Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah mamayunghayuning salira, bangsa, manungsa/bawana, atau mencita-citakankebahagiaandiri, bangsa, dan umat manusia sedunia.
Tapi kenyataannya di Indonesia,lebih banyak lembaga pendidikan yang diselenggarakan untukmerebut/melanggengkan kekuasaan, atau demi materialisme bagikepentingan segelintirorang atau diri sendiri. Misalnya : sekolah yang dirancang khusus untukmengasah kemampuan siswa dengan fasilitas serba lengkap dan tenagapengajaryang serba pintar agar nantinya seorang siswa lulusan sekolah itu mudahmendapat pekerjaan atau menjadi kaya raya. Sekolah seperti inisebenarnyabukanlah lembaga pendidikan, tapi sebuah usaha perdagangan“berbulu/berjubah”sekolah.
Sistem Pendidikan diIndonesiasecara konseptual berdasarkan Pancasila, yang dijabarkan oleh UUD’45Psl 31,ayat 1-5. Dijabarkan kembali lewat UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas.Pendidikanformal distandarisasi dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19/2005, danstandarisi pendidikan formal diatur dengan Peraturan Menteri  (PerMen)No. 221. Tapi bila kitamemperhatikan standar isi pendidikan itu, tidak ada pelajaranReligiositasmaupun Etika.
Menurut standarkelulusan seorangsiswa berdasarkan PP 19/2005 & PerMen 222, disebutkan bahwa seorangsiswadinyatakan lulus bila (1) mengikuti semua program, (2) nilai pendidikanagama danestetika minimal baik, (3) lulus Ujian Sekolah, dan (4) lulus UjianNasionalyang hanya difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, BahasaInggris, danMatematika. Sehingga, bila sekolah yang cerdik (bedakan dengan cerdas)akanmemfokuskan pengajaran pada ke-3 pelajaran yang diuji ini untuk“mengejar” statistiktingkat kelulusan sekolah. “Keberhasilan” sekolah ini dapat menjadi‘ikonmarketing’ yang jitu bagi sekolah itu dalam menjaring siswa-siswa baru,di manatetap saja tujuan akhir adalah profit, bukan mendidik.
Masalah jadibertambah rumitketika secara tidak sadar, para orang tua secara tidak sadar cenderunguntukmemilih sekolah yang hanya mengembangkan intelektual dan matematiksematasehingga sekolah-sekolah seperti ini akan ramai biarpun mahal karenadalambenak orang tua, bila pintar pasti mudah mencari pekerjaan. Padahaltujuanpendidikan bukanlah seperti itu. Tapi celakanya, para pembuat danpelakupendidikan tidak juga tahu bahwa pendidikan dimaksudkan untuk mendidikseseorang menjadi berbudaya dan berkarakter, bukan sekedar pintarsecaraintelektual saja. Dalam sistem pendidikan yang penting adalah prosesajar-mengajar bukan hanya hasil akhir.
Tapi yang palingparah adalahketika kita tidak menghargai apa yang sebenarnya sudah ditanamkan dalamtradisibudaya kita. Kita pikir intelektual dapat menghasilkan kreatifitas,atau kitapikir intelektual semata dapat memberikan kita kebahagiaan. Apalagibila kitaberpikir kebahagiaan bisa tercapai dengan berlimpahnya uang dan harta.Padahaltidak demikian.
Kreatifitassebenarnya mudahdimunculkan bila seseorang berbudaya dan berkarakter. Tapi menciptakanseseorang yang berbudaya dan berkarakter tidak dapat dilakukan lewatsistempengajaran “salah dihukum-benar diberi hadiah.” Sistem pengajaran “carrot and stick” seperti ini mungkinefektif bila untuk mengajar binatang atau untuk menjadikan seorangmanusiarobotis, tapi tidak akan efektif bila untuk mengajar seorang manusiasupayaberbudaya dan berkarakter.
Konsep Pengajaran KiHadjarDewantara berfokus pada (1) Kepribadian Merdeka. Hidup ini bebasmerdekamengikuti hak asal tidak melupakan kewajiban. (2) Kemasyarakatan ataukekeluargaan. (3) Kebangsaan yang memiliki rasa satu dalam suka, duka,dandalam mencapai cita-cita dan tujuan bersama, berfaham religius,humanistis, dankultural, serta berwawasan Bhinneka Tunggal Ika. (4) Kebudayaan yangberkembangsecara kontinyu, konvergen, dan konsentris (Trikon). Budaya menurut KiHadjarselalu berkembang secara terus menerus. Kemudian berpadu dengan budayaasingyang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesiasendiri, yaitu Pancasila. Proses perpaduannya sendiri seperti air dangula,bukan terpisah seperti air dan minyak. Dan Konsentris yang berartimendunia tanpaharus kehilangan ciri khas masing-masing. (5) Perekonomian yangmerakyat yaitubertujuan menyejahterakan dan membahagiakan diri tiap rakyat, seluruhbangsa Indonesia,dan umat manusia sedunia (Mamayu hyuningsalira, bangsa, dan manungsa). Di Perguruan Taman Siswa dijabarkandalamPancadarma (5 Bhakti), yakni : Kodrat Alam, Kemerdekaan, Kebudayaan,Kebangsaan, dan Kemanusiaan.
Sebagaiseorang dozen di salah satu Sekolah Tinggi, Bapak Marhento Wintolo,menyesalkankondisi pendidikan di Indonesiayang menurut beberapa survei berada di peringkat terbontot di Asia.Padahal Indonesiamengenal konsep-konsep Pendidikan sejak dahulu kala. Selain Ki HajarDewantaradi tahun 1922, K.H Ahmad Dahlan pada tahun 1910 juga sudah mengemukakansistempendidikan diadopsi oleh Muhammadiyah. Teuku Moh. Syafei juga pernahmenggagas suatukonsep pendidikan berbasis nasionalisme Indonesia.
Celakanya,karena “silau” dengan keberhasilan konsep pendidikan berbudaya asingdankurangnya penghargaan pada konsep pendidikan negeri sendiri, makapejabat yangmengurusi pendidikan di Indonesiacenderung mengadopsi konsep pendidikan asing yang belum tentu cocokdengan parasiswa di Indonesia.Tapi lebih celaka, tiap ganti pejabat, ganti pula sistem pendidikansehinggamembingungkan baik siswa maupun pengajar. Inilah yang terjadi bila polapendidikan diterapkan secara top down

Bila melihat sebuahpenelitian dari Amerika yang pernah dikutip oleh Bapak Anand Krishnabahwa hanya 4% dari peran otak kiri dalam pencapaiankeberhasilan manusia, maka pola pendidikan di Indonesia pun harus jugamencakuppengasahan otak sebelah kanan. Jadi kebijakan standar kelulusan seorangsiswahanya berdasarkan Hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) seperti yang terjadisaatini sudah seharusnya direvisi.
 
Sayangnya,sistem pendidikan di Indonesiasendiri susah untuk independen. Selalu saja ada campur tangan parapolitisi. Akhirnyapendidikan di Indonesiaselalu tergantung pada penguasa yang berkuasa. Tapi karena penguasanyabiasanyahanya mementingkan kepentingan sendiri dan kelompok, maka jadilahsistempendidikan di Indonesiayang hanya menfokuskan pada intelektual dan materialisme.

Tapi darisegala keruwetan pendidikan di Indonesia,kita tidak boleh lantas berputus asa dan bersikap masa bodoh karenapembenahanpendidikan merupakan asal mula kebangkitan bangsa, seperti yang terjadipadaKebangkitan Nasional Indonesia 1908. Sebagai langkah pertama, marilahkitamendesak pemerintah untuk dengan segera merealisasikan komitmen kitauntukmenyediakan dana pendidikan sebesar 20% dari Anggaran PendapatanBelanja Negara(APBN) sesuai amanat konstitusi. (ajb)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar